Loading... 0%

Keberadaan dan Ancaman Polychlorinated Biphenyls di Indonesia (Bagian 1)
PCBs di Minyak Trafo

Keberadaan dan Ancaman Polychlorinated Biphenyls di Indonesia (Bagian 1)

Ditulis Oleh: Rio Deswandi, PhD | Diterbitkan pada 27 September 2021 | Dimodifikasi terakhir pada 27 September 2021

Amerika Serikat dan Jepang adalah negara-negara produsen PCBs yang kemudian mengalami bencana pencemaran PCBs akibat penggunaan dan pengelolaan limbah yang tidak tepat. Namun, hal ini tidak berarti bahwa pencemaran lingkungan PCBs hanya terjadi di negara-negara produsen PCBs. Pada berbagai kasus, negara-negara non produsen juga mengalami permasalah PBCs yang bersumber dari berbagai peralatan listrik yang digunakan oleh kalangan industri. Sebagai salah satu negara dengan populasi industri yang sangat besar, apakah PCBs terdapat dan telah mencemari lingkungan di Indonesia?

SUMBER DAN PENCEMARAN PCBs DI INDONESIA

Pada masanya, transformator dan kapasitor yang diproduksi dengan menggunakan PCBs telah diekspor ke berbagai negara non-produsen untuk mendukung kegiatan industri di berbagai negara. Salah satu negara tersebut adalah Indonesia. Hal ini terbukti dengan data dan informasi yang dirangkum dari kegiatan inventarisasi PCBs yang dilaksakana oleh United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia.

Pada kegiatan inventarisasi PCBs yang dilakukan oleh UNIDO dan KLHK di Pulau Sumatera dan Jawa dari tahun 2015 hingga 2020, ditemukan bahwa hampir 3% dari total populasi transformator terkontaminasi PCBs merupakan transformator PCBs asli. Hal ini dapat diketahui berdasarkan informasi yang didapatkan dari pelat peralatan, yaitu minyak dielektrik menggunakan beberapa jenis merek PCBs yang terdapat pada Tabel 2 serta tahun produksi dan negara asal sesuai dengan profil transformator PCBs, yaitu diproduksi sebelum tahun 1979 oleh perusahaan pembuat transformator PCBs (Deswandi, 2021). Sebaran transformator terkontaminasi PCBs di Pulau Sumatera dan Jawa dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

Sebesar 33% dari total populasi transformator terkontaminasi PCBs tersebut merupakan transformator dengan tahun produksi dibawah 1983 (Deswandi, 2021) alias transformator yang telah berusia tua. Jika dibandingkan dengan periode produksi PCBs dari tahun 1930 hingga 1993 (PEN, 2016) dan industrialisasi dan pemanfaatan pembangkit listrik telah dimulai di Indonesia pada periode tersebut, maka patut dicurigai bahwa terdapat banyak transformator PCBs yang diimport dari negara produsen PCBs. Oleh karena inventarisasi PCBs KLHK dan UNIDO hanya mengambil sebagian kecil dari total transformator yang terdapat di Indonesia, maka sangat mungkin masih terdapat transformator PCBs asli yang masih digunakan ataupun telah menjadi limbah. Karena PCBs tidak mungkin terbentuk secara alami, patut diduga sebagian diantaranya telah dikelola dengan cara yang tidak tepat sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan, sebagaimana ditemukan dan dirangkum dari beberapa penelitian di Indonesia dalam kurun waktu 2006 hingga 2019.

Analisa terhadap 29 jenis ikan konsumsi di Sungai Ciliwung, Teluk Jakarta, Teluk Lada (Banten), Cirebon, dan Teluk Lampung telah menemukan kandungan PCBs yang berkisar antara 9 hingga 2.700 ng/g (Sudaryanto et al., 2007). Meskipun tergolong kecil, kandungan PCBs yang terdapat di dalam ikan akan menumpuk dan terus meningkat jika konsumsi ikan terkontaminasi PCBs terus dilakukan oleh masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari sifat PCBs yang larut dan menetap di dalam jaringan lemak. Timbunan PCBs di dalam tubuh manusia, khususnya pada masyarakat Indonesia telah dibuktikan dengan ditemukannya kandungan PCBs pada air susu ibu (ASI) ibu menyusui yang berdomisili di Jakarta, Purwakarta, Bogor dan Lampung (Sudaryanto et al., 2006). 

Pada jumlah tertentu, PCBs yang menetap di dalam tubuh manusia akan memicu kerusakan dan kelainan kromoson yang pada akhirnya memicu tumbuhnya sel-sel kanker (Gadalla & Andreotti, 2015; Joyce & Hou, 2015). Kerusakan dan kelainan kromoson akibat pencemaran tersebut tidak hanya berbahaya bagi manusia, tapi juga berbahaya bagi organisme yang terpapar PCBs. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Brawijaya Malang dan Universitas Le Havre Perancis menemukan kelainan sel kelamin (gonad) pada Ikan Tawes (Puntius javanicus) jantan di Kali Mas Surabaya. Penelitian ini mengungkap bahwa 20% ikan jantan yang tertangkap mengalami kelainan berupa pembentukan sel-sel telur (ovum) pada organ kelamin jantan (J. J. Shobikhulatul et al., 2013). Kelainan kelamin ini diduga kuat dipicu oleh senyawa-senyawa perusak hormon yang terdapat di badan perairan Kali Mas, diantaranya adalah PCBs (Ilyas et al., 2011). Eksperimen yang dilakukan kepada mencit membuktikan bahwa senyawa PCBs yang terdapat di dalam tubuh akan dikenali sebagai ekso-estrogen yang memicu aktivitas estrogen (Fielden et al., 1997). Estrogen sendiri merupakan hormon yang berperan dalam perkembangan sel-sel kelamin betina, misalnya mengatur siklus menstruasi dan perkembangan sel telur. 

(Bersambung ke Bagian 2) 

892x dilihat

Artikel Lain

PROPER dan Polychlorinated Biphenyls (PCBs)
Uji Visual PCBs
20 February 2025
Pengaruh Kondisi Sampel Oli Transformator pada Analisis PCBs
PCBs Aplikasi dan Penyebarannya di Lingkungan
Kontaminasi Silang PCBs
27 February 2025

Kami senang mendengar dari anda!

Hubungi kami melalui formulir dibawah :

Nama *
Perusahaan *
Email *
Nomor HP
Pesan *